Selasa, 22 Oktober 2019

#

Bodoh Rohani

Renungan Harian Kristen

“Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.”Lukas 10:31-33 

Kita baru saja mendengar polemik tentang Salib, ada pandangan dari seorang pemuka agama (yang tidak mempercayai karya Salib) saat ditanya oleh penanya yang merasa takut berhadapan dengan Salib, ia langsung memberikan jawaban bahwa di dalam salib ada “jin kafir”, jadi ia menyarankan jangan pernah dekat-dekat Salib, seperti ambulance ber tanda salib atau Rumah Sakit bertanda Salib. Artinya dalam pandangannya seseorang bisa menjadi Kristen, karena ada jin kafir yang bisa menyihirnya atau merasukinya.


Image : https://www.kristeninfo.com
Image: Image : https://www.kristeninfo.com

Absurdkah pandangan ini? Sepertinya Ini pandangan yang absurd, namun sebenarnya sudah lumrah dan biasa, seseorang yang menganggap kelompok sendiri mulia dan men-dajjalkan kelompok yang lain. Perspektif atau prasangka yang serupa bisa terjadi juga di sebagian orang Kristen. Saya pernah tamasya ke Thailand bersama rombongan yang di dalamnya ada sekelompok pendeta Kristen, ketika kami mengunjungi istana dan kuil di Thailand ada pendeta Kristen tidak mau turun dari bus dan hanya melihat istana itu dari kejauhan, mengapa? Karena di istana itu banyak simbol agama Budha. Asumsi saya pendeta Kristen “gemetar” dan takut karena melihat simbol/patung agama Budha. Tidak hanya di situ kalau Anda perhatikan dengan seksama, sesama Kristen yang berbeda “denominasi” mereka bisa saling men-dajjalkan.

Menarik sekali kalau kita pelajari sejarah Kristen bahwa kekristenan pun awalnya dianggap sebagai aliran sesat (bidat) oleh penganut Yudaisme. Tidak heran pengikut Kristus mula-mula saat itu dikejar-kejar seperti anjing yang layak dibunuh. Lalu bagaimana dengan pandangan Anda saat ini? Siapapun kita bisa terjerumus menjadi “bodoh secara rohani“ atau “dangkal secara rohani“. Memandang orang lain sesat karena ritualnya berbeda dengan kita misalnya. Kedewasaan rohani seharusnya  ditandai dengan “Anda  mati terhadap kepentingan diri sendiri, bukan membinasakan yang lain”.

Seorang Samaria yang ritualnya dianggap bidat dan tidak bergaul dengan orang Yahudi, dinilai Yesus lebih dewasa rohani daripada seorang imam dan seorang Lewi. Orang Samaria yang baik hati ini, menolong seorang yang secara agama tidak sama bahkan memusuhinya. Mungkin Anda menganggap diri Anda paling murni dan mulia, ukuran anda secara rohani adalah orang Lewi ataupun Imam, tetapi bisa jadi Anda tidak dewasa secara rohani. Seorang Samaria yang bidat lebih dewasa secara rohani dibanding Anda. Anda bodoh rohani. (DD)


Sumber: Kingsword

Tidak ada komentar:

Posting Komentar