“Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.” Yakobus 3: 9-10
Suatu kali ketika sedang menunggu dijamu oleh penatua sebuah gereja usai berkhotbah, saya tidak sengaja menguping sebuah percakapan di antara anak-anak pemudi di gereja tersebut. Seseorang mengungkapkan cita-citanya menikah dengan seorang duda kaya raya, lalu setelah menikah dia berdoa supaya suaminya mati sehingga dia dapat menikah lagi dengan seorang pemuda yang ganteng. Ketika saya menegur, dia menyangkal bahwa perkataan itu hanya candaan. Ia keceplosan, lidah yang tak terkekang selorohnya.
Yakobus memulai ajarannya dalam Yakobus 3:1-10 ini membahas tentang guru, yaitu guru dalam hal etika moral. Seorang guru moral dinilai dari perkataan dan praktik kehidupannya. Ia dapat menyeret murid-muridnya ke dalam kejahatan atau membawa mereka kepada kehidupan yang bijaksana. Guru dalam 'idiom' bahasa jawa adalah 'digugu lan ditiru', yang bisa diterjemahkan sebagai panutan (teladan) yang layak untuk ditiru.
Sesungguhnya, setiap kita menyandang status sebagai 'guru'. Sebagai orang tua, kita adalah guru bagi anak-anak kita; sebagai bos di perusahaan, kita adalah guru bagi karyawan-karyawan kita; sebagai pemimpin di gereja, kita adalah guru bagi jemaat Tuhan. Sebagai apapun Anda di dunia ini, terlepas profesi fungsional Anda sekarang ini, Anda adalah guru bagi orang lain.
Jadilah pribadi yang bisa 'digugu lan ditiru'.
Tuhan Yesus berkata, “Jika ya, katakan ya; jika tidak, katakan tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat” (Matius 5:37). Dalam proses kehidupan ini, hendaklah kita belajar menggunakan lidah kita dengan benar dalam berkata-kata. Dengan lidah, Anda bisa bukan hanya menjatuhkan orang lain, tetapi membunuhnya dengan perlahan-lahan. Jika tidak hati-hati, bahkan orang yang kita sayangi pun bisa tersakiti oleh ucapan kita.
Tuhan Yesus berkata, “Jika ya, katakan ya; jika tidak, katakan tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat” (Matius 5:37). Dalam proses kehidupan ini, hendaklah kita belajar menggunakan lidah kita dengan benar dalam berkata-kata. Dengan lidah, Anda bisa bukan hanya menjatuhkan orang lain, tetapi membunuhnya dengan perlahan-lahan. Jika tidak hati-hati, bahkan orang yang kita sayangi pun bisa tersakiti oleh ucapan kita.
Bijaklah menggunakan lidah Anda, jangan sembrono dalam berkata-kata, karena iblis akan senantiasa menunggu Anda melakukan kesalahan dalam berkata-kata yang kemudian hal itu akan dipakai sebagai senjatanya untuk menghambat pertumbuhan kehidupan Anda maupun orang lain menjadi tidak maksimal di dalam Dia. Kekang lidah Anda, dan jadilah guru bagi diri Anda sendiri dan juga orang sekitar Anda. Melalui perkataan lidah Anda, akan ada banyak orang yang mendapatkan berkat Tuhan. Yang lemah, letih, lesu akan dikuatkan dan menjadi semangat kembali.
Questions:
1. Mengapa harus berhati-hati dalam berkata-kata?
2. Apakah diperbolehkan berkata sembrono meskipun sedang bercanda? Mengapa?
1. Mengapa harus berhati-hati dalam berkata-kata?
2. Apakah diperbolehkan berkata sembrono meskipun sedang bercanda? Mengapa?
Kingdom Values:
Setiap warga Kerajaan Sorga adalah guru bagi dirinya sendiri dan juga orang lain, setiap perkataannya selalu yang membangun.
Setiap warga Kerajaan Sorga adalah guru bagi dirinya sendiri dan juga orang lain, setiap perkataannya selalu yang membangun.
Perbanyak perbendaharaan kata Anda dengan firman Tuhan, supaya setiap perkataan yang keluar penuh hikmat Tuhan.
Bacaan Setahun:
Kisah Para Rasul 10:1-33, .
Yosua 7-8,
Ayub 24
Kisah Para Rasul 10:1-33, .
Yosua 7-8,
Ayub 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar