Jumat, 25 Oktober 2019

Emosional Spiritual yang Sehat | Renungan Harian Kristen

07.00 0
“Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.”
Maz 34:18-19

Tahun 90-an dunia digemparkan oleh sebuah penemuan yang merubah paradigma manusia, yaitu tokoh Daniel Goleman dengan konsep Emotional Intelligent(EQ), yang berkata orang yang memiliki Kecerdasan secara emosional punya peluang keberhasilan jauh lebih besar dari sekedar kecerdasan intelegensi biasa. Pada saat itulah orang disadarkan bahwa emosi manusia merupakan sebuah faktor penting yang selama ini diabaikan.


Bagaimana dengan Alkitab? Ternyata jauh sebelum konsep EQ ditemukan, Allah telah menaruh perhatian tentang aspek ini. Bapa kita telah memperhatikan hidup kita secara utuh. DIA memberi perhatian kepada aspek emosi yang dirasakah oleh manusia. Bahkan ALLAH menjadikan emosi sebagai “jalan menunjukkan kasih dan keintiman-Nya” kepada kita. Alkitab menjelaskan pentingya kita memperhatikan kondisi emosi kita. 
Karena tanpa pengenalan dan pengelolaan emosi yang tepat, maka banyak dari kita dapat alami masalah/kegagalan dalam perjalanan iman kita. Beberapa tokoh Alkitab juga tercatat pernah alami kegagalan yang diakibatkan persoalan emosional mereka, antara lain: Musa gagal karena “marah” dan luapkan amarahnya dengan memukul batu. Simson gagal karena tidak mampu mengendalikan emosi “cintanya”. Saul gagal karena tak mampu kendalikan rasa takutnya.·

Baca Juga:



Yeremia berkali-kali menyesali panggilan Tuhan atas dirinya, karena peristiwa yang menguras emosi dirinya. Yudas menjual Yesus karena “kecewa” terhadap pengharapannya dan juga saat ia merasa“gagal” menjadi murid Yesus. Hal ini berarti gangguan emosi dapat berakibat pada gangguan rohani seseorang, demikian juga sebaliknya. 
Emosi adalah hal yang netral, respon dan cara mengungkapkannyalah yang sering menjadi sumber permasalahan. Bagaimana mengelola emosi-spiritual dengan sehat? Ada empat langkah praktis untuk kita mulai kelola emosi kita dengan baik: Recognize, kenali, akui setiap perasaan kita secara jujur. Receive by God's Perspective, menerima emosi dalam perspektif Tuhan. 
Reconciliate, mengampuni, mendamaikan jika ada perasaaan terluka/tersakiti. Release with Respect, lepaskan/ungkapkan dengan penuh rasa hormat. Bangun keintiman dengan Tuhan, dengan kekuatan Roh-Nya, Anda akan mampu mengendalikan emosi-spiritual Anda. “Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya! (Mazmur 34:4).


artikel : Kingsword
Read more...

Kamis, 24 Oktober 2019

Penginjilan bagi Milenial | Renungan Harian Kristen

07.00 0
“sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” Kisah Para Rasul 2:47


Renungan Harian KristenBanyak orang berpikir bahwa semua yang terkait dengan generasi milenial harus selalu berhubungan dengan teknologi yang canggih. Bahkan banyak yang menghubungkan bahwa pendekatan ke generasi milenial harus pula dengan perangkat canggih. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar, namun juga tidak salah. 

Sebuah istilah yang sedang banyak dibicarakan saat ini adalah "Era Industri 4.0" di mana pilarnya adalahInternet of Things, Cloud Computing, Big Data, Advanced robotics, Mobile Technologies, Cyber securities, dan sebagainya, yang pastinya identik dengan teknologi tinggi. Namun apakah untuk penginjilan pada milenial di era industri 4.0 ini harus identik dengan teknologi tinggi? Jawabannya adalah tidak. 
Teknologi tinggi tetap hanya berfungsi sebagai media penyampai pesan, namun yang terpenting adalah isi pesan yang disampaikan dan tentu saja peran Roh Kudus.Bagaimana isi pesan penginjilan yang pas buat milenial? Sebenarnya ini pun sudah ada sejak jaman Kisah Para Rasul dan bahkan sebenarnya yang juga dilakukan Yesus ketika di bumi. 

Baca juga:
Cinta harus dikontrol ya Bro & Sista
Jangan Menyerah 

Cuma saat ini eksekusinya bisa menggunakan teknologi canggih. Isi pesan untuk milenial menggunakan kaidah AISAS (Attention, Interest, Search, Action, Share). Attentionberarti kita harus memberitakan Injil dengan cara yang menarik perhatian mereka. Pada gereja mula-mula, menggunakan tanda-tanda ajaib (sign and wonders), kalau saat ini milenial lebih tertarik pada tanda perubahan hidup seseorang karena percaya Kristus. Interestartinya menimbulkan ketertarikan lebih jauh dengan memepertanyakan "mengapa perubahan pada hidupmu itu bisa terjadi?" kita bisa menjawab karena pribadi Yesus.
Selanjutnya adalah Search.Dalam keingintahuan tersebut milenial akan mencari tahu jawabannya lebih dalam, dan justru mereka akan aktif menggali tentang siapa pribadi Yesus. Berikutnya adalah Action,mereka menjadi percaya Yesus dan kemudian Share,menceritakan apa yang mereka alami pada teman-temannya yang lain.Kaidah AISAS ini akan berjalan baik jika proses Attention itu kita lakukan dengan benar. Satu hal penting, milenial lebih percaya pribadi dibanding institusi.
 Mereka mau percaya bukan karena ingin jadi golongan orang Kristen, tapi karena melihat perubahan hidup orang Kristen. Mari kita menjadi pribadi yang hidupnya diubahkan terus sampai jadi serupa Kristus, sehingga lewat perubahan itu kita sesungguhnya juga sedang menjangkau sebuah generasi, yaitu ketika mereka kemudian memilih untuk menjadi percaya karena "tertarik" pada setiap perubahan dalam hidup kita. Soli Deo Gloria. 

Artikel : Kingswords
Read more...

Rabu, 23 Oktober 2019

Karya ALLAH | Renungan Harian Kristen

07.00 0
Renungan Harian Kristen

“Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” Filipi 1:6.
Agostino d'Antonio, pemahat dari Florence, memandangi batuan pualam yang berdiri di hadapannya dengan putus asa. “Tak ada yang bisa kukerjakan dengan bahan mentah ini.” Pemahat-pemahat lainnya mencobanya, namun juga tidak berhasil. Tidak ada yang mampu membentuk batuan ini. 
Batuan itu tergeletak di sana selama 40 tahun, di atas sampah yang berserakan. Suatu hari Michelangelo melihat batuan ini dan ia menyadari bahwa batuan ini memiliki potensi yang besar. Lalu ia membawanya ke studionya. 

Ia mulai mengerjakannya, lalu terbentuklah sebuah karya yang akan mengguncang dunia. Batuan itu berubah menjadi patung yang disebut “David” (Daud), sebuah patung yang amat terkenal.Kuncinya bukanlah terdapat pada batuan itu, tetapi siapa yang menangani batuan itu. Di tangan Allah, hidup Anda dapat dibentuk menjadi karya yang luar biasa. 
Dia bukan saja Pencipta alam semesta, tetapi juga seorang Arsitek yang ahli dan jeli dalam membentuk hidup manusia. Dia sudah memberikan Yesus sebagai korban kepada kita.
 Dan saya yakin bahwa Dia pula akan meneruskan karya-Nya sampai gereja-Nya terbentuk menjadi mempelai wanita Kristus yang tak bercacat dan tak berkerut. Allah berkata kepada Nabi Yeremia, “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya” (Yeremia 18:4). 
Allah menyatakan bahwa Dia adalah tukang periuk itu. Ia tidak pernah bosan membentuk, membentuk, dan membentuk lagi tanah liat yang rusak. Dan tanah liat itu adalah Anda. Coba hitung berapa kali Tuhan membentuk hidup Anda, meskipun Anda rusak. Berapa kali Tuhan mencoba menambal kembali bagian-bagian yang retak dalam hidup Anda. Dan Ia tidak pernah bosan melakukannya, sebab Ia mengasihi Anda. 
Meskipun berkali-kali Anda berusaha meninggalkan-Nya, namun Ia tidak pernah letih membentuk Anda dan mengasihi Anda sampai Anda menjadi indah di pemandangan-Nya.Percayakan hidup Anda pada Pemahat di atas pemahat yaitu Allah kita. Dia akan membentuk Anda supaya Anda menjadi mulia dan menjadi kebanggaan-Nya. Tidakkah Anda rindu menjadi makhluk yang menjadi kebanggaan Allah?
Read more...

Selasa, 22 Oktober 2019

Bodoh Rohani

07.00 0
Renungan Harian Kristen

“Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.”Lukas 10:31-33 

Kita baru saja mendengar polemik tentang Salib, ada pandangan dari seorang pemuka agama (yang tidak mempercayai karya Salib) saat ditanya oleh penanya yang merasa takut berhadapan dengan Salib, ia langsung memberikan jawaban bahwa di dalam salib ada “jin kafir”, jadi ia menyarankan jangan pernah dekat-dekat Salib, seperti ambulance ber tanda salib atau Rumah Sakit bertanda Salib. Artinya dalam pandangannya seseorang bisa menjadi Kristen, karena ada jin kafir yang bisa menyihirnya atau merasukinya.


Image : https://www.kristeninfo.com
Image: Image : https://www.kristeninfo.com

Absurdkah pandangan ini? Sepertinya Ini pandangan yang absurd, namun sebenarnya sudah lumrah dan biasa, seseorang yang menganggap kelompok sendiri mulia dan men-dajjalkan kelompok yang lain. Perspektif atau prasangka yang serupa bisa terjadi juga di sebagian orang Kristen. Saya pernah tamasya ke Thailand bersama rombongan yang di dalamnya ada sekelompok pendeta Kristen, ketika kami mengunjungi istana dan kuil di Thailand ada pendeta Kristen tidak mau turun dari bus dan hanya melihat istana itu dari kejauhan, mengapa? Karena di istana itu banyak simbol agama Budha. Asumsi saya pendeta Kristen “gemetar” dan takut karena melihat simbol/patung agama Budha. Tidak hanya di situ kalau Anda perhatikan dengan seksama, sesama Kristen yang berbeda “denominasi” mereka bisa saling men-dajjalkan.

Menarik sekali kalau kita pelajari sejarah Kristen bahwa kekristenan pun awalnya dianggap sebagai aliran sesat (bidat) oleh penganut Yudaisme. Tidak heran pengikut Kristus mula-mula saat itu dikejar-kejar seperti anjing yang layak dibunuh. Lalu bagaimana dengan pandangan Anda saat ini? Siapapun kita bisa terjerumus menjadi “bodoh secara rohani“ atau “dangkal secara rohani“. Memandang orang lain sesat karena ritualnya berbeda dengan kita misalnya. Kedewasaan rohani seharusnya  ditandai dengan “Anda  mati terhadap kepentingan diri sendiri, bukan membinasakan yang lain”.

Seorang Samaria yang ritualnya dianggap bidat dan tidak bergaul dengan orang Yahudi, dinilai Yesus lebih dewasa rohani daripada seorang imam dan seorang Lewi. Orang Samaria yang baik hati ini, menolong seorang yang secara agama tidak sama bahkan memusuhinya. Mungkin Anda menganggap diri Anda paling murni dan mulia, ukuran anda secara rohani adalah orang Lewi ataupun Imam, tetapi bisa jadi Anda tidak dewasa secara rohani. Seorang Samaria yang bidat lebih dewasa secara rohani dibanding Anda. Anda bodoh rohani. (DD)


Sumber: Kingsword
Read more...

Senin, 21 Oktober 2019

Tantangan Perjuangan Bangsa Indonesia

22.43 0
Renungan Harian Kriste

“Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukum atas dirinya.” Roma 13:2 TB

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa setiap tanggal 1 Oktober diperingati sebagai hari Kesaktian Pancasila, sedangkan tanggal 5 Oktober diperingati sebagai hari jadinya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kedua tanggal tersebut merupakan tanggal-tanggal bersejarah yang menentukan keberadaan dan kelangsungan bangsa kita hari ini. 



Ketika itu, tepatnya tanggal 5 Oktober 1945 Presiden Sukarno mengeluarkan Maklumat Pemerintah yang mengubah Badan Keamanan Rakyat (BKR) menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yakni organisasi cikal bakal TNI. Sedangkan hari Kesaktian Pancasila dilatarbelakangi oleh kejadian di tanggal 30 September 1965, yaitu penculikan dan pembunuhan terhadap beberapa perwira TNI AD di Lubang Buaya, sebagai upaya Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk menggantikan ideologi nasional kita, Pancasila, dengan komunisme.
Pada tahun 1945 s.d. 1966 tantangan dan dinamika perjuangan bangsa Indonesia diwarnai dengan serangan militer Belanda dan sekutunya yang berusaha menduduki kembali Indonesia, hingga berbagai pemberontakan di dalam negeri, terutama PKI yang hendak mengganti Pancasila dengan komunisme. 

Dinamika dan tantangan perjuangan bangsa kita pasca reformasi 1998 pun telah berubah. Musuh terbesar bangsa kita saat ini bukanlah agresi militer bangsa asing ataupun ideologi komunisme, melainkan bahaya sentimen suku, agama dan ras (SARA), namun yang paling terasa adalah sentimen agama.
Sebagai seorang hakim dan hamba Tuhan, saya mengajak kita untuk merenungkan pesan Rasul Paulus di Roma 13. Dalam ayat 1 secara nyata Paulus menyatakan bahwa Allah sendirilah yang menetapkan pemerintahan yang ada, termasuk pemerintah Republik Indonesia. Oleh sebab itu, segala perbuatan yang melawan pemerintahan yang sah, adalah termasuk sebagai perbuatan yang menentang ketetapan Allah sendiri (Roma 13:2). Tantangan perjuangan bangsa Indonesia jaman sekarang yang paling utama adalah melawan kelompok-kelompok radikal yang ingin memecah-belah Indonesia melalui isu SARA, terutama sentimen agama.

Sebagai warga Kerajaan Allah sekaligus warga negara Indonesia, kita harus mendukung pemerintahan Indonesia dengan cara menunjukkan kasih Kristus kepada semua orang untuk meningkatkan rasa toleransi antar umat beragama. Janganlah kita mudah terlena sehingga kita mengabaikan kewajiban kita sebagai warga negara untuk berjuang membela negara dan pemerintah kita. Mulailah dari hal yang paling sederhana yakni mentaati peraturan yang berlaku, dan menunjukkan kasih Kristus melalui kepedulian kepada orang di sekeliling kita tanpa memandang suku, agama dan ras. (YMH)

sumber : Renungan harian Kingsword
Read more...